Sabtu, 01 Juni 2013

Mengenalkan budaya Minangkabau melalui makan bajamba

  Oleh : Halim Pratama


 Ketika orang luar negeri ikut melestarikan Budaya Minang Kabau melalui makan bajamba  .Dengan  Makan bajamba kita sudah memperkenalkan budaya Minangkabau kepada para peserta dan turis yang ikut memeriahkan Tour de Singkarak.

Makan bajamba
 atau juga disebut makan barapak adalah tradisi makan yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau dengan cara duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan.Tradisi ini umumnya dilangsungkan di hari-hari besar agama Islam dan dalam berbagai upacara adat, pesta adat, dan pertemuan penting lainnya. Secara harafiah  makan bajamba mengandung makna yang sangat dalam, dimana tradisi makan bersama ini akan memunculkan rasa kebersamaan tanpa melihat perbedaan status sosial.  
Tradisi ini diyakini berasal dari Koto Gadang, kabupaten Agam, Sumatera Barat, dan diperkirakan telah ada sejak agama Islam masuk ke Minangkabau sekitar abad ke-7. Oleh karena itu, adab-adab yang ada dalam tradisi ini umumnya didasarkan kepada ajaran Islam terutama Hadits. Beberapa adab dalam tradisi ini di antaranya adalah seseorang hanya boleh mengambil apa yang ada di hadapannya setelah mendahulukan orang yang lebih tua mengambilnya
Ketika makan, nasi diambil sesuap saja dengan tangan kanan. Setelah ditambah sedikit lauk pauk, nasi dimasukkan ke mulut dengan cara dilempar dalam jarak yang dekat.Ketika tangan kanan menyuap nasi, tangan kiri telah ada di bawahnya untuk menghindari kemungkinan tercecernya nasi. Jika ada nasi yang tercecer di tangan kiri, harus dipindahkan ke tangan kanan lalu dimasukkan ke mulut dengan cara yang sama. Tujuan makan dengan cara tersebut agar nasi yang hendak masuk ke mulut bila tercecer tidak jatuh kepiring, sehingga yang lain tidak merasa jijik untuk memakan nasi yang ada dalam piring secara bersama-sama. Selain itu, posisi duduk juga harus tegap atau tidak membungkuk dengan cara bersimpuh (basimpuah) bagi perempuan dan bersila (baselo) bagi laki-laki. Kemudian setelah selesai, tidak ada lagi nasi yang tersisa di piring, dan makanan yang disediakan wajib dihabiskan

Berikut beberapa aturan makan bajamba seperti yang  saya pelajari ketika di SMP

1. Tidak mancapak. Mancapak adalah mengeluarkan bunyi saat mengunyah makanan. Makan bajamba ataupun makan sendiri, Urang Minang yang Sabana Minang harus tahu dan harus mempraktekkan hal ini. Solusinya, tutuplah mulut saat mengunyah makanan!

2. Tidak menjatuhkan remah nasi kembali ke talam. Saat nasi yang harusnya masuk ke mulut kita jatuh kembali ke talam, berarti kita telah 'merusak' talam seluruhnya, Karena hal itu akan merusak selera makan rekan-rekan lain yang ikut makan di talam tersebut. Disinilah kita belajar menghargai hak orang lain di dalam satu talam.

3. Tangan tidak boleh menyentuh mulut saat menyuap makanan. Saat tangan menyentuh mulut, dan kemudian 'mengaduk-aduk' kembali makanan di talam, selera makan kawan-kawan lain juga akan rusak. disini juga terdapat pelajaran berharga, bagaimana menghormati hak orang lain. Karena aturan ini, di Minang ada teknik menyuap nasi yang khusus dipraktekkan saat makan bajamba, yaitu 'menerbangkan' makanan ke mulut, dan tangan kiri menanti rimah yang jatuh agar tidak kembali ke talam.

4. Menghabiskan makanan yang ada di 'wilayah' masing-masing. Disini kita juga diajarkan untuk bertanggungjawab terhadap apa yang kita pilih. Anda duduk disini, maka selesaikan bagian Anda!

5. Tidak mengaduk-aduk bagian tengah. Bagian tengah sedikit berbeda, karena disana terdapat 'samba' (lauk pauk) yang semua anggota talam berhak memakannya. Disinilah diuji bagaimana kita menghormati barang milik umum agar bisa dimanfaatkan semua kalangan.


6. Tidak boleh beranjak dari tempat duduk sebelum semua anggota jamba selesai makan. Meskipun tak lagi ikut menyuap nasi, tetap harus ada di posisi hingga semuanya selesai. (tambahan dari Uda Azhar Syarif)

7. Untuk perempuan duduk bersimpuh dan agak memiringkan tubuh ke kiri, untuk mempermudah tangan kanan mengambil makanan, dan jika pun sempat ada remah walau sudah ditampung dengan tangan kiri, remah tersebut tidak jatuh ke jamba, melainkan ke pangkuan masing-masing. Untuk laki-laki duduk baselo dengan merapatkan kakinya, sehingga ujung jari kaki kanan terlihat dfi bawah paha kiri begitupula sebaliknya. (Tambahan dari Ibu Pitria Putri Abbas)

8. Mamiliahi rimah. Membersihkan remah makanan yang sempat jatuh setelah makan selesai. Bahkan tanpa diatur adat pun, seorang Muslim pasti tahu bagaimana menjaga kebersihan diri, kebersihan lingkungan. Hal ini juga mengajarkan untuk bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan.
 

9. Bardoa. Karena disinilah terdapat inti dari ajaran ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH.




Sebanyak 120 pebalap peserta Tour de Singkarak (TdS) 2012 yang finis pada etape III di Istano Basa Pagaruyung, Kabupaten Tanahdatar ketika makan bajamba di Istano Basa Pagaruyuang
Makan "bajamba" di Istano Basa Pagaruyung, para pebalap disambut "siriah carano" dan penampilan kesenian daerah berupa tarian kolosal dari ratusan siswa sekolah dasar, talempong pacik, gandang tasa dan tambua, serta penampilan beberapa sanggar seni.



Sameera ChathurangaDiposkan oleh Halim Pratama Azwir

Silahkan memeberi komentar yang bersifat membangun dan menggunakan bahasa yang sopan Hubungi Saya

Terimakasih

0 komentar:

Posting Komentar